Senin, 20 Maret 2017

Asal Usul Sejarah Olahraga Sepak Bola

Asal Usul Sejarah Olahraga Sepak Bola

Sepak bola merupakan salah satu olahraga yang paling dikenal di seluruh dunia. Munculnya olahraga sepak bola dipercaya bermula dari tahun 388 sebelum masehi di Yunani Kuno dan terus berkembang hingga kini. Permainan ini juga dikenal dengan sebutan “permainan dunia,” sebuah sebutan yang masuk akal meningat banyaknya jumlah mata yang tidak lepas dari layar kaca jika pertandingan sepak bola ditayangkan.
Sejarah Awal Sepak Bola
Ada beberapa sumber berbeda tentang nama yang menjadi pelopor olahraga ini, karena ada catatan bahwa Cicero pernah mengatakan tentang kasus seseorang yang tewas karena bola yang ditendang saat ia sedang bercukur di sebuah salon. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa masyarakat Roma pada masa itu sudah memiliki bola yang diisi dengan udara bernama follis. Permainan yang disebut Episkyros ini juga pernah disebut oleh seorang teologis kristen, Clement of Alexandria.

Sumber yang lain menyatakan bahwa yang menjadi awal mula adanya olahraga sepak bola adalah permainan dari Tiongkok yang bernama Cuju, dan Cuju memiliki bukti saintifik yang dapat dipertanggungjawabkan. Bukti ini tertulis pada sebuah manual militer pasukan Tiongkok yang disatukan oleh Zhan Guo Ce pada 3 hingga 1 sebelum masehi. Permainan ini melibatkan sebuah bola kulit yang harus ditendang hingga masuk ke dalam sebuah lubang kecil yang digantung 3 meter di atas tanah. Permainan ini kemudian menyebar ke Korea dengan nama Chuk-guk dan ke Jepang dengan nama Kemari.
Sepanjang sejarah manusia, ditemukan beberapa referensi tentang permainan bola dari masa lalu, seperti misalnya pada tahun 1586 dimana seorang awak kapal bernama John Davis bermain sebuah permainan yang mirip sepak bola bersama orang-orang Inuit di Greenland. Pada tahun 1610, William Strachey yang merupakan seorang kolonis di Jamestown Virginia mencatat adanya permainan yang disebut Pahsaheman oleh suku Amerika asli. Di Australia juga terdapat permainan dimana orang-orang harus menendang bola dan menangkapnya yang disebut Marn Grook. Selandia Baru juga memiliki permainan yang disebut Ki-o-rahi yang terdiri dari 7 pemain tiap timnya dan dimainkan pada sebuah lapangan bundar yang dibagi-bagi daerahnya.
Baru pada abad pertengahan olahraga sepak bola mulai menempuh babak baru dimana mulai bertambahnya popularitas pertandingan Shrovetide Football di Eropa terutama Inggris. Bentuk olahraga sepak bola di Inggris ini juga biasa disebut mob football, yang dimainkan antara kota atau desa yang bertetangga dengan jumlah orang yang tak berbatas. Pada abad ke-15, permainan yang diberi nama football muncul di Skotlandia dan dilarang pada tahun 1424 hingga 1906. Ada juga bukti anak-anak muda yang bermain sepak bola pada tahun 1633 di Aberdeen. Larangan bermain sepak bola ini juga dikeluarkan pada tahun 1409 oleh Raja Henry ke-4 di Inggris.
Pada akhir abad ke-15, ada sebuah catatan Latin tentang sepak bola dimainkan di Cawston, Nottinghamshire. Catatan ini adalah deskripsi pertama tentang “permainan tendang-menendang” dan pertama kalinya muncul kata dribbling yang bisa diartikan menggulingkan bola tidak menggunakan tangan, namun kaki.” Pada tahun 1486 juga direferensikan oleh Juliana Berners dalam Book of St Albans dan pada tahun 1580 oleh Philip Sidney tentang gadis-gadis yang bermain sepak bola. Catatan tentang “gol” baru ada pada abad ke-16 dan awal abad ke-17 tepatnya pada tahun 1584 dan 1602 oleh John Norder dan Richard Carew.
Permainan Sepak Bola Modern
Pertama kali tercatatnya permainan yang mirip sepak bola dimainkan di sekolah-sekolah di Inggris datang dari Vulgaria yang ditulis oleh William Herman pada 1519. Herman adalah kepala sekolah Eton dan Winchester College. Richard Mulcaster yang pada saat itu adalah murid di Eton dituliskan sebagai pemain sepak bola terbaik di abad ke-16. Kontribusi besarnya yang tercatat adalah penciptaan tim sepak bola, posisi, wasit, dan pelatih. Sepak bola ala Mulcaster ini mengubah sejarah olahraga sepak bola yang kasar dan tak beraturan.
Sekitar tahun 1660, Francis Willughby menuliskan Book of Games yang di dalamnya terdapat deskripsi tentang sepak bola yang sangat mendetil. Willughby yang lulus dari Grammar School milik Bishop Vessey di Sutton Coldfield adalah yang pertama menuliskan tentang gawang dan sebuah diagram yang menggambarkan lapangan sepak bola. Dia juga menuliskan tentang taktik, skor, cara bagaimana pemilihan anggota tim, hingga salah satu aturan sepak bola yang digunakan hingga sekarang dimana pemain tidak boleh menendang pemain lain. Aturan lain tepatnya offside dibentuk pada abad ke-18 dimana pemain dianggap keluar dari sisi mereka jika hanya berdiri di antara bola dan gawang. Peraturan offside ini mulai menjadi berbeda-beda di setiap sekolah seperti tercatat dalam aturan sepak bola di Winchester, Rugby, Harrow, dan Cheltenham sekitar 1810 hingga 1850.
Baru pada awal abad ke-20 tepatnya pada tanggal 21 Mei 1904, sebuah federasi sepak bola dibentuk menyusul semakin berkembangnya popularitas sepak bola. Federasi yang nantinya disebut FIFA ini dibentuk di Rue Saint Honore 229, Paris, dan anggota awalnya adalah Belgia, Denmark, Prancis, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Swiss. Di hari yang sama, asosiasi Jerman juga memberitahukan keinginan mereka bergabung melalui telegram. Presiden pertama FIFA adalah Robert Guerin yang kemudian digantikan oleh Daniel Burley Woolfall dari Inggris pada tahun 1906 yang sudah menjadi anggota FIFA pada tahun tersebut. Pertandingan sepak bola dalam kompetisi-kompetisi yang sering kita saksikan di layar kaca memulai babak perpanjangan waktunya dengan dibentuknya FIFA yang juga bertujuan untuk mengatur segala yang berhubungan dengan dunia sepak bola.

Sejarah Masakan Rendang Khas Padang yang Mendunia

Sejarah Masakan Rendang Khas Padang yang Mendunia

Hampir semua orang yang tinggal di Indonesia mengetahui apa itu rendang, mengingat banyaknya jumlah warung makanan Padang yang tersebar di seluruh Nusantara. Tapi apakah ada di antara kita yang tahu tentang sejarah masakan Rendang khas Padang ini? Rendang merupakan sebuah makanan tradisional dari daerah Sumatera Barat, tepatnya Minangkabau, yang terbuat dari daging sapi diselimuti dengan racikan bumbu yang pedas.
Sejarah Rendang
Rendang merupakan masakan yang kaya rempah dengan daging sebagai bahan dasarnya. Rendang juga menggunakan karambia (santan kelapa) dan campuran bumbu khas yang dihaluskan seperti cabai, lengkuas, jahe, kunyit, bawang, dan bumbu-bumbu lainnya. Keunikan rendang adalah bumbu alami yang digunakan memiliki sifat antiseptik, sehingga bisa berguna sebagai pengawet alami. Bumbu lain juga diketahui punya aktivitas antimikroba yang kuat, dan tidak heran jika rendang bisa bertahan berbulan-bulan. Untuk pemasakan rendang hingga kuah benar-benar kering, prosesnya akan menghabiskan waktu sekitar delapan jam.
Penelusuran tentang sejarah rendang akan membawa kita ke salah satu daerah di Sumatera bagian barat, yaitu Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan kuliner mereka sejak jaman nenek moyang mereka. Untuk sejarah kapan pertama kali rendang diciptakan sendiri, sayangnya tidak banyak bukti tertulis yang dapat ditemukan. Salah satu dugaan yang muncul di kalangan para peneliti adalah bahwa panganan ini telah muncul sejak orang Minang mengadakan acara adat mereka untuk pertama kalinya. Awal mula sejarah masakan rendang khas Padang ini terdengar dimana-mana mungkin terjadi karena seni memasak ini terus berkembang dari Riau, Mandailing, Jambi, bahkan hingga ke Negeri Sembilan yang merupakan negara bagian federasi Malaysia karena perantau Minang yang tinggal di sana.
Catatan tentang rendang sebagai makanan tradisional dari daerah Minangkabau ditemukan pada awal abad ke-19, namun Gusti Anan, seorang sejarawan dari Universitas Andalas di Padang memiliki dugaan bahwa rendang sudah mulai muncul sejak abad ke-16. Hal ini ia simpulkan dari catatan literatur abad ke-19 dimana tertulis bahwa masyarakat Minang darat sering bepergian menuju Selat Malaka hingga Singapura. Perjalanan tersebut mereka lalui dengan jalur air dan bisa memakan waktu kurang lebih sekitar satu bulan. Mengingat tidak adanya perkampungan di sepanjang perjalanan itu, para perantau ini pasti sudah menyiapkan bekal makanan yang akan tahan hingga waktu yang lama, dan makanan itu adalah rendang. Gusti juga menduga bahwa pembukaan kampung baru di pantai timur Sumatera hingga Singapura, Malaka, dan Malaysia oleh masyarakat Minang pada abad ke-16 juga sudah mengikutsertakan rendang sebagai makanan mereka karena perjalanan tersebut butuh waktu berbulan-bulan.
Selain dari catatan sejarah, sejarah masakan rendang khas Padang juga dapat ditemukan dalam catatan harian Kolonel Stuers yang pada tahun 1827 menulis tentang kuliner dan sastra. Di dalam catatan tersebut sering kali muncul secara implisit deskripsi kuliner yang diduga mengarah pada rendang dan tertulis istilah makanan yang dihitamkan dan dihanguskan. Hal ini, menurut Gusti, adalah salah satu metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh masyarakat minang. Rendang sendiri berasal dari kata “merandang,” yaitu untuk memasak santan hingga kering secara perlahan hal ini cocok dengan rendang yang memang butuh waktu lama untuk dimasak hingga kuahnya kering.
Sejarah rendang juga tidak lepas dengan kedatangan orang-orang dari Arab dan India di kawasan pantai barat Sumatera. Dipercaya bahwa pada abad ke-14, sudah banyak orang-orang India yang tinggal di daerah Minang, dan bumbu serta rempah-rempah sudah diperkenalkan oleh orang-orang tersebut. Ada juga dugaan yang mengatakan bahwa masakan kari yang sudah menjadi makanan khas India dan diperkenalkan pada abad ke-15 di daerah Minang merupakan dasar dari rendang itu sendiri. Hal ini sangat mungkin mengingat adanya kontrak perdagangan dengan India pada masa itu. Ahli waris tahta kerajaan Paguruyung juga membuka adanya kemungkinan bahwa rendang merupakan kari yang diproses lebih lanjut. Yang membuatnya berbeda adalah rendang memiliki sifat yang lebih kering, sehingga bisa jauh lebih awet jika dibandingkan dengan kari.
Masakan rendang khas Padang tetap tidak mati hingga sekarang, bahkan menjadi semakin terkenal dengan menjamurnya warung makan Padang di setiap sudut kota di Nusantara. Meski dikenal dengan bentuknya yang terbuat dari daging, ternyata banyak juga variasi rendang lainnya seperti rendang ayam, bebek, hati, telur, paru, dan ikan tongkol. Selain itu ada juga rendang suir yang berasal dari Payakumbuh. Yang membedakan rendang suir dengan rendang biasa adalah daging ayam atau sapi yang digunakan, serat dagingnya akan disuir kecil-kecil.
Filosofi Di Balik Rendang
Makanan rendang khas Padang sebagai masakan tradisional memiliki posisi yang terhormat dalam hidup bermasyarakat di Minangkabau. Hal ini dikarenakan bahan-bahan pembuat rendang memiliki makna sendiri-sendiri. Bahan pertama yaitu dagiang atau daging sapi yang juga merupakan bahan utama melambangkan niniak mamak dan bundo kanduang, dimana mereka akan memberi kemakmuran pada anak pisang dan anak kemenakan. Bahan kedua adalah karambia atau kelapa, yang melambangkan kaum intelektual atau yang dalam bahasa Minang disebut Cadiak Pandai, dimana mereka merekatkan kebersamaan kelompok maupun individu. Yang ketiga adalah Lado atau sambal sebagai lambang alim ulama yang tegas dan pedas dalam mengajarkan agama. Bahan terakhir adalah pemasak atau bumbu, yang melambangkan setiap individu dimana masing-masing individu memiliki peran sendiri-sendiri untuk memajukan hidup berkelompok dan adalah unsur terpenting dalam hidup bermasyarakat masyarakat Minang.

OK Sekian 

Sejarah Terjadinya Konflik Israel-Palestina di Jalur Gaza

Sejarah Terjadinya Konflik Israel-Palestina di Jalur Gaza

       Sejarah terjadinya konflik Israel-Palestina di Gaza dimulai sejak bulan Juni tahun 2006. Aksi dari milisi Palestina mulai memuncak di Gaza ketika terjadi pengangkatan Hamas menjadi bagian pemerintahan pada tahun 2005 dan 2006. Konflik ini semakin meluas ketika pihak otoritas Palestina terpecah menjadi pemerintahan Fatah di barat, dan Hamas di Gaza. Unsur lain yang memperkeruh situasi adalah serangan roket Palestina ke Israel dan blokade Israel terhadap Gaza.
Sejarah Konflik Israel-Palestina
Sebelum tertulisnya sejarah terjadinya konflik Israel-Palestina di Gaza pada tahun 2006, pada tahun 2004 terjadi konflik antara milisi Palestina dengan Israel Defense Force (IDF). Pada konflik ini, serangan roket Qassam pada Israel mendorong IDF untuk membalas dengan serangan udara dan darat. Operasi yang dijalankan IDF pada masa ini adalah Operation Rainbow (OR) dan Operation Days of Penitence (ODP).


Operasi pertama yang disebut OR merupakan operasi militer dari tanggal 18 hingga 23 Mei 2004 di Rafah untuk membersihkan infrastruktur teroris dan menemukan terowongan penyelundupan yang menyambungkan Gaza dan Mesir, juga untuk membunuh para milisi yang sebelumnya menewaskan 13 tentara Israel dalam serangan gerilya. Sementara itu, ODP merupakan operasi yang dilaksanakan di Gaza utara pada tanggal 30 September hingga 15 Oktober 2004, berfokus pada kamp pengungsi Beit Hanoun, Beit Lahia, dan Jabalia yang digunakan sebagai tempat peluncurun roket Qassam, dan sebagai respon akan tewasnya dua anak di Sderot. Pada ODP, menewaskan sekitar 104 hingga 133 orang Palestina dan 5 orang Israel.
Sejarah terjadinya konflik Israel-Palestina di Gaza berlanjut hingga pada tahun 2006 Israel melancarkan operasi militer bernama Operation Summer Rains di Gaza yang dimulai pada 28 Juni 2006, sebagai balasan akan penculikan Kopral Gilad Shalit oleh milisi Palestina. Operasi ini merupakan mobilisasi besar pertama menuju Gaza setelah diimplementasikannya perjanjian unilateral pelepasan Israel dari Gaza pada sekitar Agustus dan September pada tahun 2005.
Israel terus mempertahankan ribuan pasukannya di Gaza dalam rangka menekan jumlah pelepasan roket Qassam ke area dengan populasi sipil yang besar dan menjaga pelepasan Gilad Shalit. Selama September 2005 hingga Juni 2006, diperkiran ada 7000 hingga 9000 artileri Israel yang ditembakkan ke Gaza, menewaskan 80 orang Palestina selama 6 bulan. Di sisi Palestina sendiri, 1300 roket Qassam dilepaskan menuju Israel sejak September 2000 hingga 21 Desember 2006.
Israel berjanji akan mundur dari Gaza dan mengakhiri seluruh operasi mereka setelah Shalit dilepaskan, dan tentara Palestina berkata bahwa mereka akan melepaskan Shalit jika dan hanya jika beberapa tentara mereka yang ditahan di penjara dilepaskan oleh pihak Israel. Pihak Palestina juga menjelaskan bahwa serangan yang mereka lakukan selama ini bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan yang dipimpin Hamas juga untuk membuat otoritas nasional Palestina menjadi rusuh. Pada Juli 2006, mulai muncul laporan-laporan tentang luka misterius setelah serangan Israel. Sebelumnya, banyak terjadi luka yang tak terlihat tapi berhasil menghancurkan organ-organ dalam, hingga luka bakar yang cukup parah. Hal ini menimbulkan spekulasi adanya senjata baru yang sedang dalam tahap eksperimen, yaitu Dense Inert Metal Explosives (DIMEs).
Pada tahun 2007, cerita tentang sejarah terjadinya konflik Israel-Palestina di Gaza belum menunjukkan adanya tanda-tanda perdamaian karena sekitar pertengahan Mei di tahun tersebut, pihak Palestina menembakkan 220 roket Qassam ke Israel dalam tenggang waktu satu minggu, dan pasukan udara Israel membalas dengan menembakkan misil serta membombardir lokasi peluncuran roket. Pada masa ini, Hamas mengatakan bahwa mereka akan terus melawan serangan-serangan yang dilancarkan oleh pihak Israel. Pada bulan September, Israel menyatakan Gaza sebagai daerah berbahaya menyusul serangan roket Qassam, dan deklarasi ini membuat Israel mampu melarang transfer listrik, bensin, dan suplai lainnya menuju Gaza. Blokade ini secara resmi bertujuan untuk menekan Hamas agar mereka mau mengakhiri serangan roket dan menghabisi suplai yang mereka butuhkan umntuk serangan roket yang berkelanjutan. Keputusan ini dinilai sebagai collective punishment bagi warga Palestina.
Pada tahun 2008, bukannya berakhir, serangan roket Qassam ke arah Israel semakin menjadi-jadi dan memaksa Israel untuk menutup total perbatasan. Pada tanggal 23 Januari, mulai terjadi penerobosan perbatasan Gaza-Mesir yang dimulai setelah pasukan bersenjata di Gaza meledakkan sebuah bom di perbatasan Rafah, menghancurkan sebagian dari blokade Israel. Karena kejadian ini, PBB mengestimasi ada sekitar 1,5 juta warga Gaza yang melewati perbatasan menuju Mesir untuk mencari suplai dan makanan.
Pada tanggal 27 Februari 2008, militan Palestina menembakkan lebih dari 40 roket Qassam ke arah Israel selatan yang dibalas dengan tembakan tiga misil ke arah Palestinian Interior Ministry dan menghancurkan gedung tersebut. Esoknya, pesawat Israel melakukan bombardir terhadap sebuah kantor polisi di Gaza dan membunuh beberapa anak kecil. Pada 29 Februari, Israel mulai memobilisasi operasi darat dan udaranya. Serangan ini menghabisi 100 jiwa dari pihak Palestina selama kurang dari satu minggu, sementara pihak Palestina melemparkan 150 roket yang hanya menewaskan 3 orang Israel.
19 Juni 2008 menandakan bagian baru dalam sejarah terjadinya konflik Israel-Palestina di Gaza, yaitu dimualinya efek perjanjian gencatan senjata selama 6 bulan yang dibantu oleh Mesir. Yang harus dilakukan Hamas adalah menghentikan serangan ke Israel, yang dipenuhi setelah pada awal-awal minggu pertama mereka melemparkan 19 roket dan 18 mortar. Gencatan senjata ini kemudian dilanggar oleh Israel pada 4 November dengan serangan ke daerah Gaza. Setelah gencatan senjata berakhir pada 19 Desember, Hamas kembali meluncurkan 50 hingga 70 roket dan mortar selama tiga hari. Hingga saat ini, konflik ini belum dapat menemukan titik terang.

Sejarah Dibangunnya Taj Mahal di India

Sejarah Dibangunnya Taj Mahal di India

Sejarah Dibangunnya Taj Mahal di India dimulai pada tahun 1630, dimana tempat ini dibangun atas perintah Munghal Shah Jahan yang pada saat itu adalah kaisar di India. Taj Mahal ia bangun sebagai sebuah musoleum untuk istrinya yang berasal dari Persia, yaitu Arjumand Banu Begum yang dikenal juga sebagai Mumtaz Mahal atau Mumtaz-ul-Zamani.
Sejarah Dibangunnya Taj Mahal
Pada 5 Januari 1592, Shahabuddin Muhammad Khurram dilahirkan dan menjadi anak ketiga dari kaisar Jahangir. Ibu yang melahirkannya adalah seorang putri Rajput dari Marwar yang bernama Putri Manmati atau Bilquis Makani. Sebelum Khurram lahir, seorang peramal telah menduga bahwa Khurram memang ditakdirkan untuk sesuatu yang megah. Karena ramalan itu, kakeknya, kaisar Mughal ke-3 memintanya untuk tinggal bersama Ruqiya, istrinya, agar ia bisa memenuhi permintaan istrinya tersebut untuk membesarkan kekaisaran Mughal, dan baru pada umur 13 tahun Khurram bisa kembali ke keluarga aslinya. Ia dipilih menjadi penerus tahta pada tahun 1627 saat ayahnya meninggal dunia. Masa pemerintahan Khurram perlahan menjadi masa keemasan peradaban India, dan membuatnya disebut sebagai putra terbaik Mughal.
Sejarah Taj Mahal di India memasuki babak awalnya ketika pada saat Khurram berumur 20 tahun pada 1612, ia menikahi Arjumand Banu Begum yang berawal dari kencan yang diatur oleh ahli astrologi istana. Pernikahan tersebut berbeda dengan pernikahan-pernikahan Khurram yang lain, karena pada masa itu ia benar-benar setia padanya dan memiliki 14 anak. Meskipun ada cinta yang nyata di antara keduanya, Arjumand Banu Begum merupakan seorang wanita yang ahli membujuk suaminya, bahkan ia disebut-sebut pernah melarang Khurram memiliki anak dari istri-istrinya yang lain. Beberapa waktu berlalu dan Arjumand Banu Begum akhirnya menjadi permaisuri, dan namanya berubah menjadi Mumtaz Mahal.
Mumtaz Mahal wafat pada usia 40 tahun di Burhanpur saat melahirkan seorang anak perempuan yang bernama Gauhara Begum, dan ia dikuburkan sementara di sebuah taman bernama Zainabad yang terletak di Sungai Tapti, Burhanpur. Kematian Mumtaz Mahal ini membuat anaknya, Putri Jahanara yang saat itu berumur 17 tahun menjadi sangat sedih dan membagi-bagikan permata kepada orang-orang yang kurang mampu, berharap adanya bantuan dari Tuhan. Bukan hanya Jahanara, hal yang sama juga menimpa Khurram yang saat itu sudah mengganti namanya menjadi Shah Jahan. Berita melaporkan bahwa Shah Jahan sama sekali tidak bisa ditenangkan dan tidak muncul selama satu minggu.
Sejarawan istana, Muhammad Amin Qazwini menyebutkan bahwa sebelum Mumtaz meninggal, tak ada lebih dari 12 uban pada jenggot sang Kaisar dan kini jenggotnya sudah berubah putih. Qazwini juga menuliskan bahwa sebentar lagi sang Kaisar akan membutuhkan kacamata karena penglihatannya yang mulai berkurang diakibatkan oleh tangisan tanpa henti selama berhari-hari. Karena hal ini juga, seorang anggota keluarga kerajaan menulis: “Jika ia terus mengabaikan dirinya karena kesedihan ini, Mumtaz mungkin akan berpikir untuk meninggalkan indahnya Surga dan kembali ke bumi. Jahan juga harus memikirkan anak-anak yang ditinggalkan padanya oleh Mumtaz.” Meninggalnya Mumtaz mengubah perilaku Shah Jahan, dan membuka babak kedua sejarah Taj Mahal di India saat Jahan memutuskan untuk membuat Taj Mahal sebagai makam bagi Mumtaz.
Struktur Taj Mahal
Taj Mahal memiliki desain tradisional arsitektur Persia dan Mughal. Meski begitu, yang menjadi inspirasi utama adalah bangunan-bangunan terkenal dari Timurid dan Mughal seperti Gur-e Amir yang menjadi makam Timur, salah satu keturunan dinasit Mughal di Samarkand, kemudian makam Humayun, serta makam Itmad-ud-Daulah yang terkadang disebut Baby Taj, dan Jama Masjid milik Shah Jahan di Delhi. Shah Jahan memperkenalkan penggunaan marmer putih dan batu berharga, tidak seperti bangunan-bangunan Mughal terdahulu yang menggunakan bata merah.
Yang menjadi fokus utama dari keseluruhan komplek Taj Mahal adalah makam yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Mumtaz Mahal. Layaknya makam-makam Mughal yang lainnya, struktur ini tetap menjaga elemen-elemen bangunan Persia. Struktur awalnya adalah sebuah kubus yang memiliki beberapa lorong besar yang membentuk oktagonal asimetris dengan panjang sekitar 55 meter pada 4 sisinya. Di setiap sisi tadi ada sebuah pishtaq yang adalah sebuah vaulted archway, membungkis iwan (pintu yang melengkung) dengan dua buah balkon bengkok di kedua sisinya. Motif pishtaq bertumpuk ini direplikasi pada sisi lainnya, membuat bangunan ini terlihat simetris dari semua sisi.
Ancaman Pada Taj Mahal
Pada tahun 1942, karena takut Jepang akan menyerang dan mengakhiri sejarah Taj Mahal di India, pemerintahan pada masa itu membangun scaffolding untuk melindungi Taj Mahal. Scaffolding yang sama kembali didirikan untuk mengelabui pilot musuh pada tahun 1965 dan 1971 saat terjadi perang antara Pakistan dan India. Bahaya terberat muncul dari polusi lingkungan di sungai Yamuna, yang termasik di dalamnya adalah hujan asam. Polusi ini mengubah Taj Mahal menjadi berwarna kuning. Untuk mengontrol polusi ini, pemerintah India membuat Zona Trapesium Taj (TTZ), yaitu area dengan luas 10.400 kilometer kubik di area sekitar monumen. Zona tersebut memberlakukan sebuah standar emisi yang ketat.
Ada lagi kekhawatiran akan integritas struktur dari area makam yang dikarenakan berkurangnya level tanah di sungai Yamuna yang terus terkikis sekitar 5 kaki setiap tahunnya. Pada tahun 2010, retakan mulai muncul di beberapa bagian makam, dan minaret yang mengitari monumen mulai terlihat miring. Miringnya monumen-monumen diperkirakan karena membusuknya pondasi kayu dari makam yang disebabkan oleh kurangnya air. Menurut perkiraan, jika kondisi makam tetap seperti ini maka dalam 5 tahun makam ini bisa runtuh dan benar-benar mengakhiri sejarah Taj Mahal di India.

Peristiwa Merah Putih di Manado

Peristiwa Merah Putih di Manado

Peristiwa Merah Putih di Manado merupakan bagian dari serangkaian peristiwa yang terjadi di Indonesia ketika pihak Sekutu berusaha untuk mengambil alih kembali kekuasaan akan Indonesia terlepas dari telah dideklarasikannya kemerdekaan oleh Soekarno dan Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa ini sendiri terjadi pada tanggal 14 Februari 1946 dan merupakan gerak militer dari pasukan KNIL kompi VII yang pada saat itu ada di bawah pimpinan Ch. Taulu, dimana mereka kemudian merebut kekuasaan di beberapa lokasi di Indonesia dengan bantuan rakyat seperti Manado, Tomohon, dan Minahasa. Dari percobaan perebutan kekuasaan tersebut, ada sekitar 600 orang pasukan Belanda dan pejabat tinggi mereka yang berhasil ditawan. Pertempuran ini berakhir pada tanggal 16 Februari dimana mulai bertebaran sebuah selebaran berisi pernyataan perebutan kekuasaan di seluruh Manado oleh bangsa Indonesia.

Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa merah putih di Manado beserta beberapa peristiwa-peristiwa lainnya di Indonesia yang terjadi setelah deklarasi kemerdekaan tidak lepas dari kejadian bersejarah pada bulan Juli tahun 1944 dimana pada waktu itu Jepang mengalami kekalahan telak melawan pasukan Sekutu ketika mereka bertempur di atas lautan Pasifik. Kekalahan mereka ini membuat mereka mundur untuk memperkuat kubu pertahanan mereka di pulau Sulawesi dan di daerah Maluku Utara. Di bulan yang sama, Sam Ratulangi mengutus pemuda-pemuda untuk pergi ke Manado demi menyambut kemerdekaan yang akan dimiliki oleh Indonesia jika ternyata perang pasifik berakhir dengan hancurnya pasukan Jepang oleh pihak Sekutu. Utusan yang ia kirim ini beranggotakan Mantik Pakasi dan Freddy Lumanauw sebagai utusan tentara, dan Wim Pangalila, Buce Ompi, serta Olang Sondakh sebagai perwakilan pemuda. Mereka pergi menggunakan kereta ke Surabaya, dan melanjutkan perjalanan menggunakan Dai yu Maru menuju Manado.
Dua bulan setelah perngutusan pemuda oleh Sam Ratulangi menuju Manado, tiba-tiba muncul pesawat pembom B-29 yang merupakan properti perang udara milik Angkatan Udara Sekutu. Pesawat-pesawat yang berjumlah puluhan itu kemudian menghujani Manado dengan bom, dan meratakannya dengan tanah, mengubah setiap gedung yang terlihat menjadi tak lebih dari gundukan sampah, dan menewaskan banyak penduduk. Hal ini kemudian memicu kecurigaan Jepang bahwa ada mata-mata Sekutu yang berperan ganda sebagai tokoh nasionalis. Di bulan September 1944 ini juga kubu pertahanan Jepang di Sulawesi Utara dan Morotai berhasil ditaklukkan oleh Jenderal Mac Arthur sebelum ia bertolak ke Leyte, Filipina.
Selama pertengahan tahun April 1945 hingga awal Februari 1946, terjadi lagi banyak konflik atau hal-hal yang menuntun kepada terjadinya peristiwa merah putih di Manado. Pada bulan April hingga Agustus 1945 misalnya, dimana Pimpinan Kaigun menyiapkan kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan apa yang pernah ia janjikan dahulu kala. Pada masa itu, bendera merah-putih dikibarkan bersebelahan dengan bendera nasional Jepang, yaitu Hinomaru. Pada bulan September di bulan yang sama, NICA dan Belanda yang saat itu ada di bawah perlindungan pasukan Sekutu dengan senang hati masuk ke area Indonesia, dan terlepas dari seluruh usaha yang mereka lakukan, mereka tetap tidak berhasil menciptakan dampak apapun terhadap kehidupan bermasyarakat, berpolitik, maupun ekonomi.
Pada bulan terakhir tahun 1945, Manado mulai sedikit lega dengan perginya seluruh pasukan Sekutu dari tanah itu. Perginya Sekutu tidak berarti kedamaian, karena mereka pada akhirnya menyerahkan tugas yang tengah mereka jalani secara total kepada NICA-KNIL yang dipimpin oleh seorang Inggris. John Rahasia dan Wim Pangalila kemudian melihat hal ini sebagai kesempatan untuk melakukan sebuah revolusi atau pemberontakan yang akan dilakukan oleh pemuda-pemuda Manado. Di Bulan yang sama, NEFIS-Belanda mulai sedikit lebih pintar, dan mereka sudah bisa mulai mencurigai kedua orang yang akan melakukan pemberontakan ini.
Pada bulan Februari 1946, pasukan KNIL yang ada di Teiling masih dicurigai oleh pihak Belanda. Pihak Belanda juga mengeluarkan perintah strength arrest kepada para pemimpin mereka, yaitu Furir Taulu, Wuisan, Frans Lantu, Wim Tamburian, Wangko Sumanti, dan Yan Sambuaga karena mereka dinilai merupakan penghasut tentara Indonesia.. Pada tanggal 14 Februari, barulah peristiwa merah putih di Manado terjadi. Pada saat peristiwa itu dimulai, mereka berhasil memengaruhi pihak Belanda, dan membuat Kopral Mambi Runtukahu yang ditunjuk sebagai pemimpin ahli penyergapan pos yang ada di markas garnisun Manado. Setelah serangan yang tidak memiliki perlawanan ini selesai, ada beberapa nama kaum nasionalis yang kemudian ditangkap oleh NICA dan dituduh sebagai mata-mata Jepang. Keberhasilan kudeta yang dilakukan oleh Wuisan dan kawan-kawan tiba di telinga kapten KNIL pada masa itu, yang bernama J Kaseger yang akhirnya ikut berjuang membela Indonesia.
Bagian akhir peristiwa merah putih di Manado terjadi pada tanggal 15 dan 16 Ferbuari, hanya satu hingga dua hari setelah peristiwa ini dimulai. Pada tanggal 15 Ferbruari 1946, komandan KNIL pada waktu itu yang bernama De Vries tertangkap dan menjadi tawanan, hingga ia dihadapkan kepada Taulu dan Wuisan demi membuat kesepakatan akan perselisihan yang terjadi ini. De Vries, seperti layaknya pimpinan lain, bertanya apakah kudeta militer yang akan dilakukan oleh pihak Indonesia akan menjamin keselamatan pasukannya. Pada saat itu, sebenernya Taulu tahu bahwa mereka sedang terdesak dan akan kalah, tapi ia kemudian berkata bahwa mereka sedang berjuang bersama pemuda Indonesia, dan akan mempertahankan perjuangan itu. Setelah kejadian ini, seluruh daerah Minahasa kemudian mulai melihat prosesi pengibaran bendera Merah Putih .

Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada – Tokoh Kerajaan Majapahit

Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada – Tokoh Kerajaan Majapahit

Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada sebagai seorang sosok yang berpengaruh dimulai kira-kira tahun 1313, dan berdasarkan manuskrip, puisi, dan mitologi dari tanah Jawa, Gajah Mada merupakan seorang panglima perang yang sangat berpengaruh di kerajaan Majapahit pada zaman itu. Kejadian yang menjadikannya patih adalah ketika Sri Jayanagara memerintah. Dilanjutikan pada masa Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, Gajah Mada menanjaki tangga jabatannya lagi dan diangkat menjadi Mahapatih. Kedudukan tertinggi yang pernah ia pegang adalah Amangkubumi yang setara dengan Perdana Mentri, dimana pada saat ia menjadi Amangkubumi inilah Majapahit ia hantarkan kepada puncak gunung emas kejayaan.

Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada Yang Menginspirasi
Hampir tidak ada yang diketahui tentang sejarah kisah hidup Gajah Mada kecil, selain beberapa tulisan yang menceritakan bahwa ia merupakan anak dari kalangan rakyat jelata. Namun ada beberapa catatan mengenai awal karirnya sebagai Begelen, kepala Bhayangkara yang merupakan tentara elit bertugas untuk menjaga raja-raja serta keluarga dari para raja Majapahit. Suatu ketika, Rakrian Kuti yang merupakan salah satu elit Majapahit merencanakan sebuah pemberontakan terhadap raja Majapahit di tahun 1321, Jayanegara. Hal ini menyebabkan Gajah Mada dan mahapatih masa itu yang bernama Arya Tadah membantu sang Raja bersama keluarganya untuk kabur menuju ibukota Trowulan. Beberapa saat setelah kejadian itu, Gajah Mada kembali ke kerajaan dan membantu mengakhiri pemberontakan oleh Ra Kuti sehingga ia mendapatkan gelar Patih.
Ada beberapa sumber yang menceritakan masa akhir pemerintahan Jayanegara sebelum akhirnya digantikan oleh Tribhuwana. Satu versi mengatakan bahwa Jayanegara dibunuh oleh Rakrian Tanca yang pada masa itu menjabat menjadi tabib kerajaan yang merupakan antek dari Rakrian Kuti. Versi lainnya yang tertulis dalam Negarakertagama dan dipastikan kebenarannya lewat beberapa prasasti yang ada pada abad ke-13 dan awal abad ke-14, menyatakan yang membunuh Jayanegara adalah Gajah Mada dan hal itu terjadi pada tahun 1328. Dalam tulisan di prasasti dan Negarakertagama, diceritakan bahwa Jayanegara amat berlebihan dalam hal proteksi terhadap dua adiknya yang lahir dari ratu termuda Kertarajasa yaitu Dyah Dewi Gayatri. Komplain yang datang dari kedua putri muda ini menuntun kepada intervensi Gajah Mada dimana ia mengambil solusi yang drastis, yaitu memerintahkan seorang ahli bedah untuk membunuh sang raja sambil berpura-pura sedang melakukan operasi penting.


Sejarah kisah hidup Gajah Mada sebagai Mahapatih dimulai pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi. Tepatnya tahun 1329, Arya Tadah yang masih duduk di posisi Mahapatih menyatakan bahwa ia ingin mengundurkan diri, dan menunjuk Gajah Mada sebagai penerusnya. Hal ini tidak langsung disetujui oleh Gajah Mada sendiri, karena ia berpikir bahwa jasanya kepada Majapahit belum cukup, dan demi hal itu ia berjanji untuk menghentikan terlebih dahulu pemberontakan yang sedang terjadi yang didalangi oleh Keta dan Sadeng. Benar saja, tak butuh waktu lama, Keta dan Sadeng langsung tunduk, membuat Gajah Mada akhirnya diangkat sebagai Mahapatih secara resmi oleh Tribhuwana pada tahun 1334.
Mungkin salah satu hal yang paling bisa diingat tentang Gajah Mada dan Majapahit adalah sumpah yang disuarakan olehnya yaitu sumpah Palapa. Sumpah ini disuarakan oleh Gajah Mada pada saat ia diangkat menjadi Amangkubumi di tahun 1336. Isi dari sumpah tersebut adalah bagaimana Gajah Mada tidak akan mengecap “rempah” sebelum Nusantara berhasil ditundukkan. Sumpah ini memiliki banyak makna, dan arti sesungguhnya hanya Gajah Mada yang tahu. Beberapa orang menganggap bahwa Gajah Mada tidak akan memperbolehkan makanannya diberikan rempah apapun (pala apa = rempah apapun). Beberapa orang lain juga menganggap sumpah ini berarti Gajah Mada tidak akan mencicipi kenikmatan dunia berbentuk apapun sebelum ia berhasil menaklukkan seluruh daerah di kepulauan yang kelak menjadi Indonesia tersebut.
Perjalanan hidup Gajah Mada mencapai puncaknya ketika ia berhasil memenuhi sumpah Palapa yang bahkan diragukan oleh teman-teman dekat dari Gajah Mada sendiri. Meski begitu, ia berhasil menepis ketidak percayaan orang-orang yang menganggapnya terlalu ambisius dengan pertama menaklukkan Bedahlu di Bali dan Lombok pada tahun 1343. Setelah mengurus kedua area baru itu, ia mengirim pasukan laut ke arah barat untuk menyerang sisa-sisa Kerajaan Maritim Sriwijaya yang ada di Palembang. Ia juga menempatkan Adityawarman yang saat itu merupakan pangeran dari Majapahit untuk menjadi pemimpin daerah jajahan di Minangkabau, Sumatra Barat. Penundukkan yang ia lakukan berlanjut hingga kesultanan pertama di Asia Tenggara, yaitu Samudra Pasai.ajah Mada juga berhasil menundukkan Bintan, Tumasik (Singapura), Melayu, dan Kalimantan. Ketika Tribhuwana mengundurkan diri sebagai ratu, anaknya yang bernama Hayam Wuruk naik tahta menjadi raja, dan Gajah Mada tetap ditunjuk sebagai Amangkubumi. Di bawah pemerintahan raja yang baru, Gajah Mada berhasil menundukkan Logajah, Seram, Gurun, Sasak, Buton, Hutankadali, Banggai, Kunir, Salayar, Galiyan, Solor, Bima, Banda, Sumba, Dompo, Ambon, dan Timur. Dengan begini, ia juga berhasil mencapai janjinya dan membentuk purwarupa daerah Indonesia modern ditambah dengan Temasek (sekarang Singapura), Malaysia, Brunei, Timor Timur, dan Filipina bagian selatan.

Sejarah Kerajaan Majapahit

Sejarah Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit yang sempat menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara ini berdiri pada tahun 1293 hingga tahun 1500. Masa kejayaan Majapahit ialah ketika Hayam Wuruk mengambil posisi raja dan berkuasa dari tahun 1350 hingga tahun 1389 yang ditandai dengan pendudukan besar-besaran hingga Asia Tenggara. Hasil pekerjaannya ini juga tidak lepas dari patih yang ada di sampingnya pada masa itu, yaitu Gajah Mada. Menurut kitab Negarakertagama yang ditulis pada tahun 1365, Majapahit merupakan sebuah kerajaan dengan 98 daerah jajahan yang membentang dari Sumatera hingga Nugini dan terdiri dari yang sekarang menjadi Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand selatan, Kepulauan Sulu, Timor Timur, dan Manila. Meski begitu, ruang lingkup kekuatan Majapahit masih menjadi subjek perdebatan antar sejarawan.


 Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit
Setelah mengalahkan Kerajaan Melayu di Sumatera pada tahun 1290, Kerajaan Singasari menjadi kerajaan terkuat di daerah tersebut. Hal ini menggelitik Khan dari Kekaisaran Mongol dan Kaisar dari Dinasti Mongol Yuan yang bernama Kubilai Khan dimana ia mengirim beberapa utusan yang meminta upeti. Raja Kertanegara yang saat itu adalah raja terakhir kerajaan Singasari menolak untuk membayar upeti dan malah menghina serta menantang Kubilai Khan, dan sebagai responnya dikirim lah 1.000 kapal ekspedisi menuju Jawa dari Mongolia. Sayangnya, ketika pihak Mongol menyerang, Kertanagara telah tewas di tangan Jayakatwang yang merupakan adipati Kediri. Ketika itu, Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara diberikan sebuah tanah bernama Tarik yang ia gunakan untuk membangun sebuah desa yang menjadi awal mula sejarah Berdirinya kerajaan Majapahit. Ketika pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya langsung memilih untuk membantu mereka menghancurkan Jayakatwang. Setelah kekuasaan Jayakatwang runtuh, Raden Wijaya menyerang pasukan Mongol. Kebingungan, pasukan Mongol tersebut terpaksa mundur dan mengikuti tiupan angin monsoon terakhir pada musim itu.
Pada tahun 1293, Raden Wijaya mendirikan benteng dan kota Majapahit. Tahun ini juga menjadi tahun lahirnya Majapahit serta hari dimana Raden Wijaya menjadi raja. Pada pengangkatannya, ia diberikan sebuah nama formal yaitu Kertarajasa Jayawardhana. Raja Kertarajasa kemudian menjadikan keempat anak perempuan Kertanegara menjadi istri-istrinya. Pendirian kerajaan ini dipenuhi dengan kesulitan dimana beberapa orang terpercaya Kertarajasa termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi bersekongkol untuk melakukan pemberontakan yang sayangnya gagal. Setelah diselidiki, ternyata mahapati Halayudha lah yang disangka menjadi dalang konspirasi ini agar ia sendiri mampu menduduki posisi yang paling tinggi di pemerintahan kerajaan Majapahit. Halayudha akhirnya berhasil ditangkap dan dihukum mati sebagai balasan atas penipuan yang ia lakukan.
 


Silsilah Kerajaan Majapahit
Setelah memulai pembicaraan tentang Sejarah Kerajaan Majapahit, ada baiknya jika kita langsung mempelajari silisilah kerajaan maritim terbesar ini pada masa tersebut. Sesungguhnya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan dinasti raja Singosari, sebuah kerajaan yang dibentuk oleh Sri Ranggah Rajasa pendiri dinasti Rajasa pada abad 13. Orang yang pertama kali mendirikan kerajaan Majapahit dan menjadi raja pertama ialah Raden Wijaya. Pendirian kerajaan Majapahit berhutang banyak kepada tentara Mongol yang mendarat di Tuban untuk menghancurkan Kerajaan Singasari yang pada masa itu telah jatuh di tangan Jayakatwang. Ketika penyerangan terjadi, Raden Wijaya bekerja sama dengan pasukan Mongol dan menyerang mereka setelah Singosari runtuh dan akhirnya pasukan Mongol yang sudah lemah karena banyak faktor terpaksa mundur dari pulau Jawa. Pada saat inilah Raden Wijaya memulai perjalanan awal dari kerajaan Majapahit dan mengemban nama Kertarajasa Jayawardhana.
Penerus dari Kertarajasa Jayawardhana adalah Jayanagara yang nama aslinya adalah Kalagamet. Kisah tentang Jayanagara yang merupakan anak dari Raden Wijaya dituliskan dalam beberapa catatan termasuk Paraton dan Negarakertagama. Pada masa permerintahannya jugalah Gajah Mada mulai bangkit sebagai satu figur yang penting. Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Jayanagara sangat kacau dan sulit, dimulai dengan beberapa pemberontakan dari jendral-jendral dan pangeran dari Raden Wijaya yang tidak puas. Pemberontakan yang paling terkenal adalah pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1319, dimana Ra Kuti berhasil mengambil alih kontrol kerajaan dan ibu kota. Dengan bantuan Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara, Jayanegara berhasil kabur dari ibu kota dan bersembunyi di desa Badander. Sementara Gajah Mada kembali dan menghancurkan pemberontakan oleh Ra Kuti. Sejarah kerajaan Majapahit lalu dilanjutkan oleh Tribhuwana Wijayatunggadewi yang juga dikenal sebagai Dyah Gitarja. Era pemerintahan Wijayatunggadewi adalah masa dimana Gajah mada ditunjuk sebagai patih dan mulai terobsesi pada ekspansi kerajaan.
Masa kekuasaan Wijayatunggadewi berakhir pada tahun 1350 dan kemudian dilanjutkan dengan pemerintahan raja ke-4 Majapahit, yaitu Hayam Wuruk yang juga dikenal dengan nama Rajasanagara. Masa pemerintahan Hayam Wuruk dinilai sebagai era keemasan dalam sejarah kerajaan Majapahit karena pada masa inilah Majapahit berhasil mengembangkan sayapnya ke seluruh daerah kepulauan Indonesia. Hayam Wuruk yang ketika menjadi raja berumur 16 tahun, awalnya diharapkan menikah dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, seorang putri dari kerajaan Sunda. Pernikahan ini merupakan sebuah pernikahan dengan latar belakang politik demi memperbaik aliansi antara Majapahit dan Kerajaan Sunda. Meski begitu, tiba-tiba terjadi insiden Bubat dimana pihak penjaga Kerajaan Sunda terlibat pertikaian dengan tentara Majapahit dan pernikahan berakhir dengan tewasnya Dyah Pitaloka. Gajah Mada kemudian menjadi kambing hitam pada insiden ini karena ia ingin membuat Kerajaan Sunda tunduk. Hayam Wuruk turun tahta pada tahun 1389 menyusul kematiannya. Setelah Hayam Wuruk tidak lagi memerintah, bisa dibilang kerajaan Majapahit juga berakhir karena setelahnya, kerajaan Majapahit terus menurun kekuatannya dan akhirnya terpaksa mundur menuju pulau Bali.

Sejarah Kerajaan Kalingga – Kerajaan Hindu-Budha Pertama di Jawa Tengah

Sejarah Kerajaan Kalingga – Kerajaan Hindu-Budha Pertama di Jawa Tengah

Sejarah Kerajaan Kalingga dimulai pada abad ke-6 dan merupakan sebuah kerajaan dengan gaya India yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Belum diketahui secara pasti dimana pusat kerajaan ini berada, tapi beberapa ahli memprediksikan bahwa tempatnya ada di antara tempat yang sekarang menjadi Pekalongan dan Jepara. Tidak banyak yang dapat diketahui dari kerajaan ini karena sumber sejarah yang ada juga hampir nihil dan mayoritas catatan tentang sejarah kerajaan Kalingga didapat dari kisah-kisah Tiongkok, cerita turun-temurun rakyat sekitar, dan Carita Parahyangan yang menceritakan tentang Ratu Shima serta kaitan ratu tersebut dengan kerajaan Galuh. Ratu Shima juga dikenal karena peraturannya yang kejam dimana siapapun yang tertangkap basah mencuri akan dipotong tangannya.
Awal Mula Berdirinya Kerajaan Kalingga
Awal Berdirinya Kerajaan Kalingga diperkirakan dimulai pada abad ke-6 hingga abad ke-7. Nama Kalingga sendiri berasal dari kerajaan India kuno yang bernama Kaling, mengidekan bahwa ada tautan antara India dan Indonesia. Bukan hanya lokasi pasti ibu kota dari daerah ini saja yang tidak diketahui, tapi juga catatan sejarah dari periode ini amatlah langka. Salah satu tempat yang dicurigai menjadi lokasi ibu kota dari kerajaan ini ialah Pekalongan dan Jepara. Jepara dicurigai karena adanya kabupaten Keling di pantai utara Jepara, sementara Pekalongan dicurigai karena masa lalunya pada saat awal dibangunnya kerajaan ini ialah sebuah pelabuhan kuno. Beberapa orang juga mempunyai ide bahwa Pekalongan merupakan nama yang telah berubah dari Pe-Kaling-an.
Pada tahun 674, kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Shima yang terkenal akan peraturan kejamnya terhadap pencurian, dimana hal tersebut memaksa orang-orang Kalingga menjadi jujur dan selalu memihak pada kebenaran. Menurut cerita-cerita yang berkembang di masyarakat, pada suatu hari seorang raja dari negara yang asing datang dan meletakkan sebuah kantung yang terisi dengan emas pada persimpangan jalan di Kalingga untuk menguji kejujuran dan kebenaran dari orang-orang Kalingga yang terkenal. Dalam sejarahnya tercatat bahwa tidak ada yang berani menyentuh kantung emas yang bukan milik mereka, paling tidak selama tiga tahun hingga akhirnya anak dari Shima, sang putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung tersebut dengan kakinya. Mendengar hal tersebut, Shima segera menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya sendiri. Mendengar hukuman yang dijatuhkan oleh Shima, beberapa orang memohon agar Shima hanya memotong kakinya karena kakinya lah yang bersalah. Dalam beberapa cerita, orang-orang tadi bahkan meminta Shima hanya memotong jari dari anaknya.
Dalam salah satu kejadian pada sejarah kerajaan Kalingga, terdapat sebuah titik balik dimana kerajaan ini terislamkan. Pada tahun 651, Ustman bin Affan mengirimkan beberapa utusan menuju Tiongkok sambil mengemban misi untuk memperkenalkan Islam kepada daerah yang asing tersebut. Selain ke Tiongkok, Ustman juga mengirim beberapa orang utusannya menuju Jepara yang dulu bernama Kalingga. Kedatangan utusan yang terjadi pada masa setelah Ratu Shima turun dan digantikan oleh Jay Shima ini menyebabkan sang raja memeluk agama Islam dan juga diikuti jejaknya oleh beberapa bangsawan Jawa yang mulai meninggalkan agama asli mereka dan menganut Islam.
Seperti kebanyakan kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Kalingga juga mengalami ketertinggalan saat kerajaan tersebut runtuh. Dari seluruh peninggalan yang berhasil ditemukan adalah 2 candi bernama candi Angin dan candi Bubrah. Candi Angin dan Candi Bubrah merupakan dua candi yang ditemukan di Keling, tepatnya di desa Tempur. Candi Angin mendapatkan namanya karena memiliki letak yang tinggi dan berumur lebih tua dari Candi Borobudur. Candi Bubrah, di lain sisi, merupakan sebuah candi yang baru setengah jadi, tapi umurnya sama dengan candi Angin.
Kerajaan Kalingga Dalam Catatan Bangsa Tionghoa
Kerajaan Kalingga dikenal juga dengan nama kerajaan Ho-ling oleh orang-orang Tionghoa. Menurut catatan bangsa Tionghoa, Ho-ling dipercaya muncul ketika terjadi ekspansi besar oleh dinasti Syailendra. Kisah tentang kerajaan Ho-ling mulai ditulis dalam kronik dinasti Tang yang ada pada tahun 618 hingga 906. Menurut kronik tadi, orang-orang Ho-ling dipercaya gemar makan hanya menggunakan tangan dan tanpa sendok maupun sumpit. Tertulis juga di kroik tadi bahwa para masyarakat Ho-ling suka mengonsumsi tuwak, sebuah sari buah yang difermentasikan. Ibu kota dari Ho-ling dikelilingi oleh pagar kayu, dan sang raja tinggal di sebuah istana berlantai 2 dan daun palma sebagai atapnya. Sang raja duduk pada sebuah kursi yang terbuat dari gading dan menggunakan keset yang terbuat dari bambu. Ho-ling juga diceratakan memiliki sebuah bukit yang ia namakan Lang-pi-ya. Beberapa sumber lain dari catatan Tionghoa menuliskan sebuah analisa tentang lokasi dari kerajaan Ho-ling ini. Ia menuliskan bahwa Ho-ling berlokasi di Jawa Tengah dan bahwa La-pi-ya menghadap ke arah samudra membuat lokasi Ho-ling jadi agak lebih mudah diketahui.
Raja atau ratu yang saat itu memegang kepala pemerintahan Ho-ling tinggal di kota bernama She-p’o, tapi Ki-yen kemudian memindahkan lokasi pemerintahan menuju P’o-lu-Chia-ssu. Menurut catatan, diperkirakan bahwa ada kebingungan yang meliputi masa-masa terakhir kerajaan Ho-ling atau Kalingga ini. Ada dua teori besar tentang hal ini, dimana teori yang pertama adalah ketika Sanjaya yang masih merupakan cucu dari Shima mengambil alih pemerintahan. Ia mengubah kerajaan Kalingga yang bercorak Buddha menjadi kerajaan Mataram yang memiliki corak hindu. Cerita lain tentang sejarah kerajaan Kalingga ialah tentang bagimana Patapan yang merupakan salah satu pangeran dari dinasti Sanjaya merebut kursi penguasa dan menjadi raja pada tahun 832, dimana Mataram terus menjadi pengemulasi aturan-aturan Sailendra.
Sekian dulu informasi mengenai Sejarah Kerajaan Kalingga yang memiliki catatan sejarah penting dalam perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Jawa Tengah. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua. Terima kasih telah mengunjungi

Asal Usul Suku Jawa Dalam Sejarah

Asal Usul Suku Jawa Dalam Sejarah

Suku Jawa merupakan suku dengan jumlah populasi terbanyak (sekitar 100 juta orang menurut data tahun 2011) di Indonesia berawal layaknya kelompok etnis Indonesia, kebanyakan termasuk masyarakat Sunda yang ada di Jawa Barat. Nenek moyang masyarakat Jawa adalah orang purba yang berasal dari Austronesia, sebuah spesies yang diperkirakan berasal dari sekitaran Taiwan dan bermigrasi melewati Filipina sebelum akhirnya tiba di pulau Jawa pada tahun 1.500 dan 1.000 sebelum masehi. Suku etnis Jawa memiliki banyak sub-etnis seperti misalnya orang Mataram, orang Cirebon, Osing, Tengger, Boya, Samin, Naga, Banyumasan, dan masih banyak lagi. Dewasa ini, mayoritas suku Jawa memproklamirkan diri mereka sebagai orang Muslim dan minoritasnya sebagai Kristen dan Hindu. Terlepas dari agama yang mereka anut, peradaban suku Jawa tidak pernah bisa dilepaskan dari interaksi mereka terhadap animisme asli yang bernama Kejawen yang telah berjalan selama lebih dari satu milenium, dan pengaruh kejawen tersebut juga masih banyak bisa kita temui dalam sejarah Jawa, kultur, tradisi, dan bidang seni lainnya.


Suku Jawa di Masa Hindu-Budha dan Islam
Jika membahas asal usul suku Jawa tidaklah jauh berbeda dengan asal usul orang Indonesia secara keseluruhan, yaitu pada saat ditemukannya fosil dari Homo erectus yang juga dikenal dengan nama “Manusia Jawa” oleh Eugene Dubois, seorang ahli anatomi Belanda pada tahun 1891 di Trinil. Fosil Homo erectus yang berhasil ditemukan, diperkirakan memiliki umur yang sudah luar biasa tua yaitu sekitar 700.000 tahun, menjadikannya salah satu spesies manusia kuno yang bisa ditemukan pada saat itu. Tidak berapa lama, di Sangiran juga ditemukan kembali fosil lainnya dari spesies yang sama pada tahun 1930 oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald yang menemukan perkakas yang kelihatannya jauh lebih maju dibanding perkakas pada era sebelumnya dan umur dari peralatan-peralatan yang berhasil mereka temukan diperkirakan adalah 550.000 hingga 143.000 tahun.
Kepercayaan utama yang dianut oleh suku Jawa adalah animisme dan terus berlanjut seperti itu hingga akhirnya dai-dai Hindu dan Budha tiba ke Indonesia yang bermula dengan terjadinya kontak dagang dengan subkontinen India. Yang membuat masyarakat Jawa tertarik menganut agama-agama baru ini adalah karena mereka mampu menyatu dengan filosofi lokal Jawa yang unik. Tempat berkumpulnya kultur suku Jawa adalah Kedu dan Kewu yang ada di lereng Gunung Merapi sebagai jantung dari Kerajaan Medang i Bhumi Mataram. Beberapa dinasti-dinasti kuno seperti misalnya Sanjaya dan Syailendra juga menggunakan tempat tersebut sebagai pusat kekuatan mereka. Ketika Mpu Sendok memerintah, ibu kota kerajaan dipindahkan ke dekat Sungai Brantas pada abad 10, hal ini juga menyebabkan pergeseran pusat kebudayaan dan politik suku Jawa. Dipercaya perpindahan ini disebabkan oleh erupsi vulkanik gunung Merapi, tapi ada juga yang menganggap bahwa perpindahan ini disebabkan oleh serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
Perkembangan suku Jawa mulai menjadi signifikan ketika Kertanegara memerintah kerajaan singasari
pada akhir abad ke-13. Raja yang senang memperluas wilayahnya ini melakukan beberapa ekspedisi besar seperti misalnya ke Madura, Bali, Kalimantan, dan yang paling penting adalah ke pulau Sumatra. Akhirnya, Singasari berhasil menguasai perdagangan di selat Malaka menyusul kekalahan kerajaan Melayu. Dominasi kerajaan Singasari berhenti di tahun 1292 ketika terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang yang berhasil mengakhiri hidup Kertanegara, dan Jayakatwang kembali dibunuh oleh Raden Wijaya yang merupakan anak dari Kertanegara. Nantinya, Raden Wijaya akan mendirikan Majapahit, salah satu kerajaan yang terbesar di Nusantara pada masa itu.
Ketika Majapahit mengalami banyak permasalahan tentang siapa yang menjadi penerus, beberapa perang sipil terjadi dan membuat Majapahit kehilangan kekuatan mereka sendiri. Ketika Majapahit mulai runtuh, pulau Jawa juga mulai berubah dengan berkembangnya Islam, dan keruntuhan Majapahit ini menjadi momentum bagi kesultanan Demak untuk menjadi kerajaan yang paling kuat. Kesultanan Demak ini nantinya juga memainkan peranan penting dalam menghalau kekuatan kolonial Portugis yang datang. Dua kali Demak menyerang Portugis ketika para kaum Portugis menundukkan Malaka. Demak juga dikenal dengan keberanian mereka menyerang aliansi Portugis dan Kerajaan Sunda. Kesultanan Demak kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Pajang dan Kesultanan Mataram, dan perubahan ini juga memaksa pusat kekuatan berpindah dari awalnya ada di pesisir Demak menuju Pajang di Blora, dan akhirnya pindah lagi ke Mataram tepatnya di Kotagede yang ada di dekat Yogyakarta sekarang ini.

Awal Migrasi Suku Jawa
Suku Jawa sendiri diperkirakan memiliki kaitan dengan migrasi penduduk Austronesia menuju Madagaskar pada abad pertama. Meski memang kultur utama dari migrasi ini lebih dekat dengan suku Ma’anyan di Kalimantan, beberapa bagian dari bahasa Malagasy sendiri diambil dari bahasa Jawa. Ratusan tahun setelahnya ketika periode kerajaan Hindu tiba, banyak saudagar Jawa yang bermukim di tempat-tempat lain di Nusantara. Pada akhir abad ke-15 menyusul runtuhnya Majapahit dan berkembangnya Muslim di pantai utara Jawa, banyak orang-orang Hindu dari Jawa yang bermigrasi ke Bali dan berperan dalam majunya kultur Bali.
Selain di dalam negeri, suku Jawa juga muncul di semenanjung Malaya sejak lama. Hubungan antara Malaka dan Jawa sendiri merupakan sebuah hal penting yang berperan besar dalam berkembangnya Islam di Indonesia karena banyak misionaris Islam yang dikirim dari Malaka ke beberapa daerah perdagangan di pantai utara Jawa. Migrasi-migrasi ini memperluas ruang lingkup yang harus ditelaah ketika para sejarawan menyelidiki jejak asal usul suku jawa dalam sejarah
 

Minggu, 19 Maret 2017

Sejarah Bandung Lautan Api

Sejarah Bandung Lautan Api

SUATU hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo-Halo Bandung" ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan api.

Insiden Perobekan Bendera

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang. Mereka berkomplot dengan Belanda (tentara NICA) dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia.

Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia. Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono.

Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.

Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.


Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan.

Bandoeng Laoetan Api

Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik "bumihangus". Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.

Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota.

Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan maka pada jam 21.00 itu juga ikut keluar kota. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota. Dan Bandung pun berubah menjadi lautan api.

Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI dan rakyat tidak a

Sejarah Pertempuran Medan Area

Sejarah Pertempuran Medan Area

 

 Pertempuran yang terjadi di Medan ini terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945. Pertempuran ini dilatar belakangi oleh pasukan Belanda yang diboncengi oleh Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengambil alih pemerintahan dan membebaskan para tawanan.


Atas dasar pembebasan para tawanan, Gubernur Teuku Hasan membiarkan mereka menginap di hotel. Akan tetapi, pasukan Sekutu yang tinggal di dalam hotel tersebut bersikap congkak. Salah seoarang dari mereka merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.


Karena kejadian ini, seluruh pemuda marah dan mengepung hotel. Akibat insiden tersebut, puluhan orang terluka. Insiden penyerangan tersebut ternyata menjalar hingga ke beberapa tempat di seluruh Medan. Pada tanggal 10 Oktober 1945, Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela memelopori terbentuknya TKR Sumatra Timur. Pada tanggal yang sama terbentuk pula badan-badan perjuangan dan laskar-laskar partai.


Pada tanggal 18 Oktober 1945, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mengeluarkan ultimatum kepada seluruh pemuda untuk menyerahkan senjatanya. Selain itu, para pasukan Sekutu dan NICA juga mulai melakukan aksi-aksi terror. Pada tanggal 1 Desember 1945, mereka memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan.


Akibat, tidak diindahkannya ultimatum tersebut,Pasukan Sekutu menggempur Medan secara besar-besaran pada tanggal 10 Desember 1945. Mereka mengerahkan seluruh pesawat-pesawat tempur untuk menguasai Medan.

Sabtu, 18 Maret 2017

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

 

Sejarah Kerajaan Samudra Pasai diperkirakan mulai berdiri pada tahun 1267. Kerajaan ini merupakan sebuah kerajaan Islam dengan pusat operasi di patai utara Sumatera, tepatnya di sekitar Lhokseumawe, Aceh Utara. Sumber sejarah yang biasa digunakan oleh para sejarawan untuk meneliti kerajaan ini adalah Hikayat Raja-raja Pasai, sebuah buku dalam bahasa Melayu dimana buku ini bercerita tentang salah satu kerajaan Islam yang pertama muncul di Indonesia, yaitu Samudera Pasai. Hal ini dikarenakan hingga kini sangat sedikit bukti-bukti arkeologis yang bisa menjadi dasar awal penelusuran kerajaan Islam ini.
Selain Hikayat Raja-raja Pasai, mereka juga mengaitkan cerita dalam buku itu dengan makam-makam milik raja, serta dengan penemuan koin-koin dari emas dan perak yang terbubuhi nama raja yang saat itu sedang memerintah.
Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Yang menjadi penoreh pertama tinta sejarah kerajaan Samudera Pasai ini adalah Marah Silu yang memiliki gelar Sultan Malik as-Saleh pada tahun 1267-an. Marah Silu sebelumnya adalah raja Pasai yang menggantikan Sultan Malik al-Nasser. Pada waktu itu, Marah Silu berada di kawasan dengan nama Semerlanga. Marah Silu wafat pada tahun 696 Hijriah atau sekitar tahun 197 Masehi. Dalam buku Hikayat Raja-raja Pasai dan juga Sulalatus Salatin, nama Pasai dan Samudera dipisahkan, karena mereka berdua merupakan dua daerah yang sama sekali berbeda. Meski begitu, catatan Tiongkok tidak membedakan kedua nama ini. Marco Polo juga mencatat daftar kerajaan di Sumatera, dimana dari sepanjang pulau bisa ditemukan nama Ferlec atau Perlak, Basma, dan Samara atau Samudera.
Selepas Sultan Malik as-Saleh, pemerintahan di kerajaan Pasai dipegang oleh putranya, Sultan Muhammad Malik az-Sahir yang merupakan buah perkawinan antara dia dengan putri dari Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik, mata uang Pasai menjadi koin emas dan perak, sejalan dengan Pasai yang semakin berkembang menjadi kawasan perdagangan yang besar, dan juga tempat pengembangan dakwah agama Islam. Pada tahun 1326, Sultan Muhammad Malik meninggal dunia dan kerajaan Pasai dipegang oleh anaknya yang bernama Sultan Mahmud Malik az-Zahir yang memerintah selama 19 tahun hingga 1345. Dipercaya bahwa pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik, Ibnu Batuthah datang mengunjungi dan bercerita bahwa salah satu kesultanan di Samudera menyambutnya dengan ramah, dimana penduduk dari kesultanan Samudera itu menganut mazhab Syafi’i. Ketika Sultan Mahmud Malik turun dan digantikan oleh putranya sendiri, Sultan Ahmad Malik az-Zahir. Pada masa Sultan Ahmad Malik inilah, terjadi serangan dari Majapahit di sekitar tahun 1343 hingga 1350, dimana serangan ini memaksa Sultan dari kerajaan Pasai kabur dan melarikan diri dari ibukota kerajaan menuju aman.
Kembali tertulisnya sejarah kerajaan Samudera Pasai adalah pada tahun 1383, dimana pada waktu itu Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahr mengambil alih kursi pimpinan hingga tahun 1405. Nama Sultan Zain al-Abidin sendiri bisa dijumpai dalam salah satu kronik cina, namun dengan nama yang berbeda yaitu Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Sultan Zain al-Abidin dipercaya mengakhiri masa pemerintahannya karena terbunuh oleh Raja Nakur. Pemerintahan kerajaan Pasai kemudian berlanjut di tangan istrinya sendiri, yaitu Sultanah Nahrasiyah.
Pada tahun 1405, untuk pertama kalinya armada Cheng Ho dengan jumlah kapal total sekitar 208 kapal, datang untuk mengunjungi Pasai, dimana kunjungan ini terjadi lagi pada tahun 1408 dan 14012. Hal ini diambil dari laporan milik Ma Huan dan Fei Xin, pembantu Cheng Ho yang menceritakan tentang perjalanan Cheng Ho mengitari dunia. Dari kunjungan ini, Cheng Ho memberikan hadiah dari kaisar Tiongkok di masa itu, yaitu sebuah lonceng Cakra Donya. Jika kita membicarakan daerah geografis, Kerajaan Pasai memiliki batas wilayah dimana bagian timur dan selatannya merupakan pegunungan tinggi. Bagian timur kerajaan ini berbatasan dengan kerajaan lain, yaitu kerajaan Aru sebuah kerajaan Islam lainnya. Di sisi timur kerajaan ini, terdapat laut, dimana bagian baratnya berbatasan dengan dua buah kerajaan, yaitu Nakur dan Lide. Pada tahun 1434, kesultanan Pasai mencoba mengirim salah satu saudaranya yang memiliki nama Ha-li-zhi-han yang wafat di Beijing. Mendengar kabar ini, Kaisar Xuande yang berasal dari dinasti Ming kemudian mengutus Wang Jinhong untuk memberi tahu kabar ini pada kesultanan Pasai.
Sejarah kerajaan Samudera Pasai tidak bisa dimulai tanpa adanya pusat pemerintahan kerajaan, dan dalam kasus Samudera Pasai ini, tempat yang menjadi pusat pemerintahan mereka terletak di antara Sungai Jambu Air dan Sungai Pasai di Aceh Utara. Ibnu Batuthah yang pernah menghabiskan waktu sekitar dua minggu di kesultanan ini berkata bahwa memang kerajaan ini tidak punya sama sekali pertahanan yang terbuat dari batu, tapi kotanya memang sudah mereka pagari dari kayu yang batasnya memiliki jarak beberapa kilometer dari pelabuhan kota ini. Di kawasan inti dari kota mereka, terdapat sebuah mesjid dan pasar, dimana mereka juga dilalui oleh sungai tawar yang terus mengalir menuju lait. Nama Lhokseumawe yang berarti “teluk yang terus berputar” mungkin juga didasari dari sungai yang terlihat tenang tetapi memiliki ombak besar.
Sejarah kerajaan Samudera Pasai menemui akhirnya, bermula ketika pada suatu masa terjadi perang saudara yang bermula dari pertikaian kecil. Sulalatus Salatin menuliskan, bahwa pada masa itu Sultan Pasai memohon bantuan kepada sultan Melaka agar mereka mau membantu untuk meredam pemberontakan tadi. Meskipun pada akhirnya berhasil meredak pemberontakan, kesultanan Pasai tetap runtuh pada tahun 1521 oleh Portugal, dimana sebelumnya mereka sudah berhasil menundukkan Melaka di tahun 1511.

 

Sejarah Peristiwa G30S/PKI

Sejarah Peristiwa G30S/PKI


Sejarah Peristiwa G30S/PKI yang juga dikenal dengan nama aslinya, Gerakan 30 September atau singkatan lain berupa Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan Gestok (Gerakan Satu Oktober) merupakan salah satu peristiwa yang terjadi ketika Indonesia sudah beberapa tahun merdeka. Sesuai namanya, peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 September 1965 malam, hingga esok harinya dimana ada pembunuhan tujuh perwira tinggi militer dalam sebuah kudeta. Usaha yang akhirnya gagal kemudian dijatuhkan kepada anggota dari Partai Komunis Indonesia yang saat itu sedang dalam kondisi kuat karena mereka dinilai amat dekat dengan Presiden Indonesia pertama pada masa itu. Benar atau tidaknya Partai Komunis Indonesia yang bertanggung jawab penuh dalam kejadian ini tetap menjadi bahan perdebatan hingga sekarang.

 

Sejarah dan Kronologis Peristiwa G30S/PKI
Sebelum terjadinya peristiwa G30S/PKI, Partai Komunis Indonesia (PKI) tercatat sebagai Partai Komunis yang paling besar di dunia tanpa menghitung partai komunis yang ada di Uni Soviet maupun Tiongkok. Ketika dilakukan audit pada tahun 1965, tercatat bahwa anggota aktif dari partai ini melebihi angka 3,5 juta, belum termasuk 3 juta jiwa yang menjadi anggota pergerakan pemuda. Selain itu, PKI juga memiliki kontrol penuh akan pergerakan buruh, menambahkan 3,5 juta orang lagi dibawah pengaruhnya. Hal tersebut belum berhenti, karena masih ada 9 juta anggota dari pergerakan petani, serta beberapa gerakan lain seperti pergerakan wanita, organisasi penulis, dan pergerakan sarjana yang membuat total anggota PKI mencapai angka 20 juta anggota termasuk pendukung-pendukungnya.
Yang membuat masyarakat mencurigai bahwa PKI adalah dalang dibalik terjadinya gerakan 30 September dimulai dengan kejadian di bulan Juli 1959, dimana pada saat itu parlemen dibubarkan, dan Soekarno
menetapkan bahwa konstitusi ada di bawah dekrit presiden, dengan PKI berdiri di belakang, memberikan dukungan penuh. PKI juga menyambut gembira sistem baru yang diperkenalkan oleh Soekarno, yaitu Demokrasi Terpimpin yang menurut PKI mampu menciptakan persekutuan konsepsi NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Pada masa demokrasi terpimpin ini sayangnya kolaborasi pemimpin PKI dengan kaum-kaum borju yang ada di Indonesia gagal menekan pergerakan independen dari buruh dan petani, menyebabkan banyak masalah yang tidak terselesaikan di bidang politik dan ekonomi.
Peristiwa G30S/PKI baru dimulai pada tanggal 1 Oktober pagi, dimana kelompok pasukan bergerak dari Lapangan Udara Halim Perdana kusuma menuju daerah selatan Jakarta untuk menculik 7 jendral yang semuanya merupakan anggota dari staf tentara. Tiga dari seluruh korban yang direncanakan, mereka bunuh di rumah mereka yaitu Ahmad Yani, M.T. Haryono, dan D.I. Panjaitan. Ketiga target lain yaitu Soeprapto, S. Parman, dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup, sementara target utama mereka, Jendral Abdul Harris Nasution berhasil kabur setelah melompati dinding yang berbatasan dengan taman di kedutaan besar Iraq. Meski begitu, Pierre Tendean yang menjadi ajudan pribadinya ditangkap, dan anak gadisnya yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak oleh regu sergap dan tewas pada 6 Oktober. Korban tewas bertambah ketika regu penculik menembak dan membunuh seorang polisi yang menjadi penjaga rumah tetangga Nasution, Karel Satsuit Tubun. Korban tewas terakhir adalah Albert Naiborhu, keponakan dari Pandjaitan, yang tewas saat menyerang rumah jendral tersebut. Mayat dan jenderal yang masih hidup kemudian dibawa ke Lubang Buaya, dan semua dibunuh serta mayatnya dibuang di sumur dekat markas tersebut.
Ketika matahari mulai terbit, sekitar 2.000 pasukan diturunkan untuk menduduki tempat yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Merdeka, sebuah taman yang ada di Monas. Meski begitu, mereka tidak berhasil menundukkan bagian timur dari area ini, karena pada saat itu merupakan daerah markas KOSTRAD yang dipimpin oleh Soeharto. Pada jam 7 pagi, RRI menyiarkan pesan yang berasal dari Untung Syamsuri, komandan Cakrabiwa, regimen penjaga Presiden, bahwa gerakan 30 September telah berhasil mengambil alih beberapa lokasi strategis di Jakarta dengan bantuan anggota militer lainnya. Mereka berkeras bahwa gerakan ini didukung oleh Central Intelligence of America (CIA) yang bertujuan untuk menurunkan Soekarno dari posisinya.
Yang menuliskan tinta kegagalan dalam sejarah peristiwa G30S/PKI kemungkinan besar adalah karena mereka melewatkan Soeharto yang mereka kira diam dan bukan tokoh politik pada masa itu. Soeharto diberitahu oleh tetangganya tentang hilangnya para jendral dan penembakan yang terjadi pada pukul 5:30 pagi, dan karena ini ia segera bergerak ke markas KOSTRAD dan berusaha menghubungi anggota angkatan laut dan polisi, namun tidak berhasil melakukan kontak dengan angkatan udara. Ia kemudian mengambil alih komando angkatan darat. Kudeta ini juga gagal karena perencanaan yang amat tidak matang dan menyebabkan para tentara yang ada di Lapangan Merdeka menjadi kehausan dibawah impresi bahwa mereka melindungi presiden di Istana. Soeharto juga berhasil membujuk kedua batalion pasukan kudeta untuk menyerah dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke area markas KOSTRAD dan kemudian pasukan Diponegoro yang kabur kembali ke Halim.
G30S/PKI baru berakhir ketika pada pukul 7 malam, pasukan yang dipimpin oleh Soeharto berhasil mengambil kembali kontrol atas semua fasilitas yang sebelumnya direbut oleh Gerakan 30 September. Ketika sudah berkumpul bersama Nasution, pada pukul 9 malam Soeharto mengumumkan bahwa ia sekarang mengambil alih tentara dan akan berusaha menghancurkan pasukan kontra-revolusioner dan menyelamatkan Soekarno. Ia kemudian melayangkan ultimatum lagi yang kali ini ditujukan kepada pasukan yang berada di Halim. Tidak berapa lama, Soekarno meninggalkan Halim dan tiba di istana presiden lainnya yang berada di Bogor. Untuk jasad ke-7 orang yang terbunuh dan dibuang di Lubang Buaya sendiri baru ditemukan pada tanggal 3 Oktober, dan dikuburkan secara layak pada tanggal 5 Oktober.

 

Jumat, 17 Maret 2017

Sejarah Asal Usul Kesenian Wayang Kulit

Sejarah Asal Usul Kesenian Wayang Kulit

Sejarah asal usul kesenian wayang kulit, jika ditelusuri tidak akan bisa lepas dari sejarah wayang itu sendiri. Wayang sendiri berasal dari sebuah kalimat yang berbunyi “Ma Hyang”, artinya berjalan menuju yang maha tinggi (disini bisa diartikan sebagai roh, Tuhan, ataupun Dewa). Akan tetapi ada sebagian orang yang berpengertian bahwa kata wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan, atau yang dalam bahasa Indonesia baku adalah bayang. Hipotesa bahwa wayang berasal dari kata-kata bayang ini didapat dari bukti bahwa para penonton dapat menyaksikan pertunjukkan wayang dengan hanya melihat bayangan yang digerakkan oleh para dalang yang merangkap tugasnya sebagai narator. Dalang sendiri merupakan sebuah singkatan dari kata-kata ngudhal piwulang, dimana ngudhal berarti menyebar luaskan atau membuka dan piwulang berarti pendidikan atau ilmu.
Sejarah Kesenian Wayang Kulit
Sejarah asal usul kesenian wayang kulit, seperti disebut diatas, tidak bisa lepas dari sejarah wayang sendiri. Tidak ada bukti konkret tentang adanya wayang sebelum abad pertama, dimana ini bertepatan dengan munculnya ajaran Hindu dan Buddha ke area Asia Tenggara. Hal ini dipercaya menjadi hipotesa bahwa seni ini datang dari India ataupun Tiongkok, dimana kedua negara tadi memiliki tradisi yang telah berjalan turun-temurun tentang penggunaan bayangan boneka atau pertunjukkan teater secara keseluruhan. Jivan Pani juga pernah mengeluarkan pendapat bahwa wayang berkembang dari dua jenis seni yang berasal dari Odisha, India Timur, yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah teater boneka dan tarian Chhau. Meski begitu, banyak juga penceritaan sejarah wayang yang memiliki dampak besar terhadap perkembangan teater boneka tradisional.
Catatan sejarah pertama tentang adanya pertunjukkan wayang mengacu pada sebuah prasasti yang bisa dilacak berasal dari tahun 930, yang mengatakan si Galigi mawayang. Saat itulah sampai sekarang, beberapa fitur teater boneka tradisional tetap ada. Galigi sendiri merupakan seorang penampil yang sering dimintai untuk menggelar pertunjukkan ketika ada acara atau upacara penting. Pada saat itu, ia biasanya membawakan sebuah cerita tentang Bima, seorang ksatria dari kisah Mahabharata. Penampilan yang dibawakan oleh Galigi tercatat dalam kakawin Arjunawiwaha yang dibuat oleh Mpu Kanwa pada tahun 1035 yang mendiskripsikannya sebagai seorang yang cepat, dan hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana. Kata jagatkarana merupakan sebuah ungkapan untuk membandingkan kehidupan nyata kita dengan dunia perwayangan, dimana Jagatkarana yang berarti penggerak dunia atau dalang terbesar hanyalah berjarak satu layar dari kita.
Memang tidak banyak literatur yang menjelaskan tentang Sejarah Asal Usul Kesenian Wayang Kulit,
meski begitu salah satu anak bagian dari seni wayang ini telah diakui sebagai karya kebudayaan yang amat berharga di bidang narasi oleh UNESCO di tanggal 7 November 2003. Hal ini mungkin menjadi pertimbangan bagi UNESCO karena dari seluruh jenis wayang yang ada, wayang kulit merupakan salah satu jenis wayang yang paling dikenal di Indonesia. Wayang ini terbuat dari kulit hewan yang menjadi bahan utama jenis wayang yang digunakan dalam pertunjukkan ini.
Dalam cerita wayang Jawa, hidup sebuah keluarga karakter yang disebut Punakawan. Punakawan ini terdiri dari empat orang dan selalu dianggap sebagai pengikut jenaka dari pahlawan yang menjadi karakter utama sebuah cerita. Keempat orang ini adalah Semar yang juga dikenal dengan nama Ki Lurah Semar, Petruk, Gareng, dan juga Bagong. Semar sendiri sering digambarkan sebagai personifikasi dewa, dan kadang juga digambarkan sebagai arwah penjaga dari pulau jawa
itu sendiri. Dalam mitologi Jawa, dewa-dewa yang ada hanya mampu mengubah diri mereka menjadi manusia yang jelak, karena ini juga Semar selalu digambarkan sebagai seseorang yang jelek dan gendut, serta memiliki hernia yang menggantung.
Dalam sejarah asal usul kesenian wayang kulit, wayang kulit sendiri terbagi menjadi beberapa jenis dan satu di antaranya adalah wayang kulit Gagrag Banyumasan. Untuk wayang kulit jenis ini adalah sebuah gaya pedalangan yang juga dikenal dengan nama pakeliran. Gaya ini dinilai sebagai cara untuk mempertahankan nilai, dimana perawatan dan kualitas yang mereka tunjukkan di panggung selalu menunjukkan hal ini. Unsur-unsur yang ada dalam pakeliran adalah: lakon, sabet (gerakan yang akan dilakukan oleh para wayang), catur (narasi dan percakapan antara karakter), serta karawitan yang berarti musik.
Contoh lain dari pembagian jenis wayang kulit lainnya wayang kulit Banjar, yang sesuai namanya berkembang di Banjar, Kalimantan Selatan. Masyarakat kerajaan Banjar awalnya memang telah mengenal seni wayang kulit ini dimulai dari awal abad ke-14. Pernyataan ini menjadi jauh lebih kuat ketika Majapahit akhirnya berhasil menduduki beberapa bagian wilayah Kalimantan dan membawa misi untuk menyebarkan agama Hindu menggunakan taktik untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit.
Contoh lain lagi ialah wayang siam yang terkenal di Kelantan, Malaysia. Wayang Siam sendiri merupakan sebuah pertunjukkan wayang one man show, dimana bahasa-bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Dari awal, tidak ada bukti yang jelas tentang kemunculan pertama wayang siam, jadi orang-orang berpendapat bahwa kesenian ini berasal dari jawa, mengikut simbol-simbol yang sangat bercorak Jawa.
Di masa sekarang ini, ketertarikan anak muda akan kesenian wayang kulit bisa dinilai sangat rendah, mengingat banyaknya permainan berbasis teknologi yang bisa mereka mainkan. Meski begitu, masih banyak juga orang tua yang dengan aktif mengajarkan anaknya untuk mengapresiasi salah satu karya seni tradisional Indonesia ini, dan hal tersebutlah yang dibutuhkan untuk memajukan wayang kulit di masa ini.

ok sekian 
thanks